Penelitian Microsoft terhadap Penggunaan Software Illegal

Jakarta, CHIP.co.id – Microsoft melakukan penelitian mengenai perilaku dan persepsi konsumer di seluruh dunia akan keberadaan software palsu. Penelitian dilakukan di 20 negara termasuk di kawasan Asia Pasifik, seperti Indonesia, Cina, Jepang, India, Australia dan Korea Selatan. Penelitian juga dilakukan di negara lain, seperti Amerika Serikat, Kanada, Brasil, Argentina, Meksiko, Inggris, Jerman, Spanyol, Rusia, Polandia, Turki, Italia, dan Belanda.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa konsumen di Indonesia setuju bahwa software bajakan dapat menyebabkan resiko saat digunakan, dengan perbandingan 2:1. Lebih dari 80% responden lebih memilih menggunakan software asli, dan 58% responden pernah mengalami kehilangan data dan pencurian identitas sebagai akibat penggunaan dari software bajakan.

Sebagian besar konsumer secara pribadi merasa tidak menjadi korban. Product key palsu, crack tools, dan key generator merupakan salah satu cara bagi penyerang untuk memancing korbannya. Menginstal software palsu yang diunduh secara ilegal, dapat menyebabkan PC terinfeksi virus dan merusak informasi pengguna. Untuk itulah, dibutuhkan peran aktif konsumer dalam mengurangi resiko dari software palsu, selain dari dukungan dari penjual software dan hardware tentunya.

Microsoft berupaya menghentikan pemalsuan software dengan memfokuskan diri dengan “Tiga E”, yaitu Education, Engineering, dan Enforcement. Microsoft melakukan investasi yang signifikan pada setiap tahun untuk membantu konsumer dalam melindungi dirinya dari serangan, dan mendukung pemerintah dalam menjalankan hukum untuk melawan pemalsuan software.

Penelitian ini dilakukan Microsoft terkait dengan Consumer Action Day pada 17 November lalu, yang dilakukan secara bersamaan termasuk negara Indonesia. Microsoft juga memberikan panduan untuk konsumer agar tetap aman dalam menggunakan software asli, yang dapat ditemukan pada situs http://www.microsoft.com/presspass/presskits/antipiracy/materials.aspx dan merekomendasikan penggunanya untuk memeriksa apakah sofware mereka lolos Windows Validation tes ketika pengguna membelli software secara online.